SUARA BEKASI, Jakarta: Kisruh Partai Golkar yang semakin memanas tak terlepas dari sosok Yorrys Raweyai. Sebagai kader, dia kerap menjadi sosok terdepan bagi kubu Agung Laksono ketika berhadapan dengan rivalnya, Aburizal Bakrie (Ical) cs.
Hingga terakhir terjadi bentrokan yang diduga buntut dari perdebatan Yorrys dengan Ali Mochtar Ngabalin sebagai pihak pro-Ical. Ali dipukuli Roger Trianto Meles, yang merupakan anak buah Yorrys, karena tak terima lantaran telah melecehkan Ketua Umum Pemuda Pancasila itu di sebuah stasiun televisi ketika berdebat mengenai kisruh Golkar.
Nama Yorrys memang tak asing bagi sebagian masyarakat, karena sepak terjangnya di dunia premanisme di era 1980-an.
Dari berbagai sumber, pria kelahiran Serui, Papua Barat, 28 Januari 1951, itu bisa dikatakan berpartner dengan Hercules, sosok preman kala itu yang juga disegani. Yorrys kemudian memberi jasa penagih utang dan terus mengembangkan sayap di Jakarta.
Sepak terjang Yorrys ini didukung oleh Ormas Pemuda Pancasila (PP) yang sampai saat ini masih terdengar gaungnya. Banyak jasa yang ditawarkan, bukan hanya penagihan tetapi juga pengamanan lahan dan lainnya. PP merupakan ormas yang digawangi oleh anak-anak pensiunan tentara.
Bahkan, sempat tersiar kabar kalau Yorrys merupakan salah satu anggota Geng of Nine atau dikenal juga sebagai Sembilan Naga. Sementara kelompok gengster legendaris ini disebut-sebut beranggotakan Tommy Winata, Sugianto Kusuma, Arief Prihatna, Kwee Haryadi Kumala, Ari Sigit, Edu Winata, Johnny Kesuma, dan Iwan Cahyadi Karsa.
Yorrys mengemban pendidikan di SD hingga SMP di Serui Papua dan di SMA YPK, Biak. Kemudian, memutuskan untuk berpolitik dengan bergabung di Partai Golkar dan berhasil melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI.
Dia memang merupakan sosok yang aktif dalam berorganisasi, terlihat dari deretan organisasi yang digelutinya dari PP-AMPG, Korbid Kepemudaan DPP Golkar, Inkado, Lembaga Masyarakat Adat Papua, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Serikat Pekerja Pariwisata (SP Par).
Anton Medan, yang mengaku sebagai teman tak memungkiri kalau masa lalu Yorrys memang begitu kelam. Pada 1988 dirinya sempat nyaris bergesekan dengan Yorrys, di mana saat itu Anton masih menjadi preman yang menguasai daerah Ibu Kota dengan membuka lokasi judi.
“Dia (Yorrys) juga mau buka juga ya buka saya bilang ya sudah buka saja, waktu itu dia Ketua PP DKI, tapi itu dulu. Dia itu pegang diskotek dan bekingi judi. Tapi itu kan masa lalu,” tutur pria yang kini menjadi ustadz itu.
Sementara itu, Yorrys mengatakan, terkait masa lalunya yang dekat kekerasan meminta semua pihak melihatnya secara jernih, dan jangan mengaitkan hal tersebut dengan kejadian bentrokan di internal Partai Golkar.
“Begini, saya tumbuh besar di organisasi kepemudaan dan sekarang saya Ketua KSPI punya anggota jutaan, terutama dari Papua. Apalagi, tindakan kader Golkar, Ali Mochtar Ngabalin, itu kan mencerminkan Golkar yang mempertontonkan hal itu (keburukan),” ujarnya kepada wartawan, Kamis (12/3/2015).
Yorrys justru merasa heran dengan partainya yang masih merekrut orang seperti itu. Ke depan, sambungnya, ini harus menjadi catatan dalam melakukan perekrutan dengan mengedepankan loyalitas dan tidak melakukan perbuatan tercela seperti yang terjadi dalam forum politik.
Sementara ketika disinggung mengenai kerterkaitannya sebagai anggota Geng of Nine, Yorrys menepisnya. Dia mengatakan, hal itu isu yang sudah usang dan selama ini tidak mengetahui geng tersebut.
“Kalau itu (bentrokan di Golkar) jangan dikaitkan ke situ, proses perjalanan hidup seseorang mesti dilihat secara jernih, Geng of Nine itu saya juga masih bingiung siapa yang bikin saya juga masih bingung,” pungkasnya. [KAR/OKE]