SUARA BEKASI – Ketika muncul gagasan “Negara Hadir” dalam sepakbola, diharapkan konteks tersebut tak menyalahi aturan FIFA dan tidak salah langkah. Sebab, sesungguhnya sepakbola, khususnya di Indonesia, dibutuhkan bantuan kemudahan dalam berbagai hal.
PSSI sebagai induk organisasi sepakbola tanah air sebelumnya juga telah meminta bantuan dari pemerintah terkait izin penyelenggaran final Indonesia Super League 2014. Kala itu, PSSI meminta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, memberikan rekomendasi kepada Kepolisian agar final antara Persib Bandung kontra Persipura Jayapura bisa terselenggara di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Sayangnya, janji Menpora tidak ditepati, dan final ISL 2014 harus berlangsung di Stadion Gelora Jakabaring, Palembang. Padahal, rekomendasi dari Menpora agar final ISL bisa digelar di SUGBK, Jakarta, bisa mempengaruhi citra tentang keamanan di Jakarta.
“Apa bantuan dan kemudahan dari pemerintah ke sepakbola? Kemarin saat PSSI mau menggelar final ISL, kami tidak bisa dapat izin untuk digelar di Jakarta. Padahal Menpora janji akan bantu komunikasi dengan kepolisian. Hasilnya? PSSI terpaksa menggelar final ISL di Palembang,” terang Wakil Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mahmud Mattalitti, dalam situs resmi PSSI.
Di negara-negara yang sepakbolanya maju, seperti Jerman, pemerintah turut campur dalam urusan pembinaan. Namun, keterlibatan pemerintah Jerman masih dalam koridor yang tepat dalam mengurusi sepakbola mereka.
Sebut saja bagaimana Federasi Sepakbola Jerman (DFB) bekerjasama dengan pemerintah terkait adanya kurikulum sepakbola. Ada sekitar 29 sekolah khusus di Jerman yang menerapkan kurikulum sepakbola.
Selain itu, pemerintah Jerman juga membantu dalam hal infrastruktur, yang menjadi salah satu hal utama untuk keberlangsungan sepakbola. Kita belum lupa, pada 2010, pemerintah yang kala itu masih dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menjanjikan lapangan artifisal untuk Timnas Indonesia, sampai akhir masa jabatannya, tak ada lapangan artifisial yang disumbangkan oleh pemerintah.
Parahnya lagi, tak ada sedikit pun dana yang diberikan oleh pemerintah ketika Timnas Indonesia U-19 tampil di Piala Asia 2014 di Myanmar pada Oktober lalu. Meski tak diminta oleh PSSI, Pemerintah juga tak memberikan bantuan saat Timnas senior berkiprah di Piala AFF 2014 di Vietnam pada November lalu.
“Silakan ‘Negara Hadir’, tetapi hadirlah di tempat yang tepat, yang bermanfaat dan bermakna bagi sepakbola, seperti dilakukan negara-negara lain di dunia ini, yang menggelontorkan jutaan dollar dana dari pemerintah untuk sepakbola. Sudah banyak contoh negara yang melakukan fasilitasi untuk sepakbola, karena memang mereka mengangap sepakbola itu penting,” tegas La Nyalla. [MAN/VIV]