SUARA BEKASI, Babelan: Lantaran diduga tidak merespon datangnya musim hujan yang mengakibatkan banjir di setiap pelosok wilayah Kecamatan Babelan dan tidak adanya posko banjir, Camat Suhup dituding tidak peduli dengan masyarakat.
Seperti yang diutarakan salah satu masyarakat yang tempat tinggalnya tepat di belakang Pasar Babelan, Zebi (41). Menurutnya, kantor Kecamatan Babelan hanya berjarak kurang lebih 200 Meter dari tempat tinggalnya. Namun, dirinya seolah bingung dengan kinerja Camat Babelan yang terkesan tidak tahu dengan persolan dan masalah yang dihadapi warganya.
“Kami merasa heran pihak kecamatan (Babelan) belum juga ada yang meninjau ke tempat kami. Sedangkan hujan yang sudah beberapa hari turun menyebabkan genangan air di wilayah tempat tinggal kami,” tutur Zebi kepada Suara Bekasi, di Babelan, Sabtu (24/01) malam.
Menurutnya, penyebab utama banjir di wilayahnya sebagian diakibatkan sampah pasar, karena tidak ada tempat penampungan sampah di pasar tersebut.
“Kami heran pasar sebesar ini kalah sama pos Hansip yang di depannya ada tempat sampah, kok kenapa ada Dinas Kebersihan di pasar gak bisa melakukan hal itu, sehingga sampah yang berserakan di mana-mana menjadi penyebab banjir,” tuturnya.
Dia menambahkan, lantaran sering terkena banjir dirinya sudah siap akan hal itu. Namun, kata dia, pihak Kecamatan Babelan terkesan tidak siap akan datangnya musibah tersebut.
“Aneh gak ada posko banjir atau pengecekan ke warga dengan turun langsung ke bawah untuk sekedar menanyakan,” ungkapnya.
Terpisah, Pemerhati Lingkungan Bekasi, Ahmad Suryadi, mengatakan pihaknya sudah bertemu dengan Camat Babelan dan menanyakan kesiapan menghadapi musim hujan. Namun anehnya, kata dia, Camat Babelan mengatakan musim hujan masih panjang.
“Nanti saja baru diberi bantuan, dan ketika ditanya mengenai posko banjir dirinya kembali mengatakan posko banjir adalah kantor kecamatan,” ujar Ahmad Suryadi menirukan pernyataan Camat Babelan.
Ahmad Suryadi menilai, musibah banjir kalau disikapi dengan baik dan ikhlas akan menjadi ajang silaturahmi dan komunikasi serta mencari solusi agar ke depan bisa mengurangi beban akibat banjir.
Dia menambahkan, jika Camat Babelan berpandangan bantuan korban banjir itu adalah hanya sekadar mie instant dan perahu karet, itu sama saja Camat Babelan dengan Ketua OSIS di sekolah.
“Seharusnya beliau (Camat, red) merencanakan minimal mengawal usulan warga terkait normalisasi kali agar terealisasi. Sulit juga kalau memimpin di daerah yang dia pimpin, namun tak sehati,” cetusnya. [HER]