JAKARTA – Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzahmenyarankan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, untuk memahami ulang makna toleransi beragama.
Fahri mengkritik pernyataan Menteri Lukman yang menginginkan agar warung makan tetap buka di bukan Ramadhan, sebagai bentuk toleransi umat Islam bagi yang tidak menjalankan ibadah puasa.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjelaskan, toleransi harus dimaknasi secara universal. Untuk itulah, setiap umat harus saling menghormati satu sama lain, bukan hanya untuk salah satu pihak saja.
“Toleransi harus dituntut pada semua orang karena toleransi adalah universal. Tidak bisa toleransi hanya ditujukan pada satu umat saja, seperti yang tersirat dari pernyataan Menteri Agama terhadap orang berpuasa harus bertoleransi pada yang tidak berpuasa,” kata Fahri saat dihubungi wartawan, di Jakarta.
Fahri menyontohkan toleransi yang terjadi di Bali, saat umat Hindu merayakan Nyepi. Tidak hanya bagi umat yang menjalankan ibadah tersebut, masyarakat di luar kebudayaan itu juga ikut melakukan hal yang sama sebagai bentuk toleransi.
“Di Bali ketika Hari Raya Nyepi, semua umat, termasuk umat Islam menghormati masyarakat Bali yang sedang merayakan dengan mematikan lampu dan tidak berkegiatan dan bukan sebaliknya, kan?,” beber Fahri.
Lebih jauh, Fahri tidak melarang bagi masyarakat yang harus membuka warung makan saat jam berpuasa. Namun, hal itu harus dilakukan dengan cara tidak ekspresif dan menghilangkan kekhidmatan beribadah umat Islam.
“Warung enggak perlu tutup, tapi jangan ekspresif juga. Apalagi kalau kita mengambil hikmah dari peribadatan agama. Puasa itu makna besarnya, mengistirahatkan lahir-batin dari kehidupan rutin dan mencegah hawa nafsu,” ungkapnya.
Semua hal itu harus diluruskan, kata Fahri, agar Lukman tidak dianggap menyalahkan umat Islam yang sedang beribadah.
“Pernyataan Menteri Agama yang minta orang berpuasa Ramadhan untuk bertoleransi kan, seperti menyalahkan-nyalahkan orang Islam.” simpulnya.
Penulis: raw
Sumber: okezone