
SUARA BEKASI ONLINE, Jakarta: Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengaku aksi unjuk rasa damai di depan kantor Kedutaan Besar (Kedubes) China pada Jumat (27/12/2019) untuk menentang penindasan etnis muslim Uighur akan dihadiri sekira 10 ribu orang. Hal itu dikatakan Ketua PA 212, Slamet Maarif.
“Kurang lebih 10 ribuan,” tutur Slamet sepeti dikutif CNNIndonesia, kemarin.
Pihaknya dan beberapa ormas lain yang bakal menggelar aksi damai sudah memberitahukan hal tersebut kepada Kepolisian, dalam hal ini Polda Metro Jaya.
“Surat pemberitahuan sejak Selasa (24/12) sudah diterima Polda Metro Jaya,” kata Slamet.
Masih menurut Slamet, selain PA 212, Front Pembela Islam (FPI) juga bakal turut serta dalam aksi damai tersebut. Surat edarannya pun telah diterbitkan.
Lanjut dia, dalam surat DPP FPI, menginstruksikan anggota dan simpatisan seluruh Indonesia untuk datang ke Jakarta mengikuti aksi unjuk rasa.
“Kepada FPI di seluruh Indonesia agar turun ke Jakarta pada hari Jumat, 27 Desember 2019, untuk mengikuti Aksi Bela Muslim Uighur bersama GNPF, PA 212, para habaib, ulama, santri, ormas Islam dan Umat Islam di Kedubes China,” mengutip bunyi surat edaran DPP FPI yang diterbitkan 18 Desember lalu.
Sementara itu, Ketua Umum FPI Ahmad Sobri Lubis mengatakan pihaknya mengecam dan mengutuk keras tindakan pemerintah China terhadap etnis Uighur.
Sobri menilai tindakan yang dilakukan oleh China terhadap etnis Uighur sudah tidak bisa lagi ditolerir.
Ia mengaku telah menerima informasi bahwa etnis Uighur di China dilarang memiliki dan membaca Alquran. Pemerintah China juga mewajibkan etnis Uighur mengikuti kamp re-edukasi.
“Kami akan melakukan aksi nasional di depan Kedubes China atau Tiongkok pada hari Jumat, 27 Desember 2019, pukul 13.00 WIB atau setalah salat Jumat,” kata Sobri.
Negara-negara di dunia termasuk Indonesia saat ini tengah menyorot Pemerintah China lantaran diduga melakukan tindakan keras terhadap etnis Uighur dan minoritas muslim.
Kendati demikian, Pemerintah China membantah kamp Xinjiang digunakan untuk menindas etnis Uighur.
Pemerintah China mengklaim kamp tersebut digunakan untuk melatih keterampilan etnis muslim Uighur. [MAN]